Look This Site and See This World !!!

Minggu, 19 Februari 2012

Gua Jomblang


Bagi masyarakat umum, Gua Jomblang bisa jadi tidak begitu akrab di telinga. Tapi bagi para penjelajah, gua vertikal ini mengundang decak kagum yang tak ada habisnya. Konon, di dalamnya, pengunjung bisa menjumpai Cahaya Ilahi.

Gua Jomblang terletak di Desa Jetis, Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, atau sekitar 50 kilometer sebelah tenggara Kota Yogya. Gua ini merupakan satu dari sekitar 500 gua yang terdapat di kawasan pegunungan karst Gunung Kidul. Gua Jomblang merupakan gua vertikal yang jarak antara bibir gua dengan dasarnya beragam. Jarak paling jauh sekitar 80 meter.

 
Oleh karena itu, untuk memasukinya dibutuhkan kemampuan melakukan single rope technique (SRT) atau teknik menelusuri gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal.
Gua yang berdiameter sekitar 50 meter ini pertama kali dijelajahi pada 1984 oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC), kelompok penjelajah gua dari Yogya.

Untuk mencapai dasar Gua Jomblang memang cukup sulit dan melelahkan. Namun, begitu masuk ke orang akan menemui pemandangan yang menakjubkan. Di dasar gua, beberapa pohon tumbuh rimbun sedangkan pada bagian dinding kapurnya ditumbuhi tanaman perdu. Sampai di dasar ini, penjelajah dapat beristirahat sebentar di sebuah bilik hasil bentukan alam.

Seusai beristirahat, penjelajah dapat meneruskan perjalanan dengan menelusuri lorong yang menghubungkan Gua Jomblang dengan gua vertikal lainnya yang bernama Grubug. Lorong ini cukup lebar dengan panjang sekitar 500 meter. Menelusuri lorong ini tidaklah terlalu sulit, karena telah ada jalan setapak yang terbentuk dari bebatuan yang disusun memanjang.

Di ujung lorong yang juga menjadi dasar Gua Grubug, penjelajah dapat melihat keindahan luar biasa. Dua buah stalagmit besar berwarna hijau kecokelatan berdiri tegak di tengah dasar Gua Grubug. Jika penjelajah dapat mencapai dasar Grubug pada pukul 13.00 WIB, pemandangan sinar Matahari yang menerobos kegelapan abadi di dasar Gua Grubug akan begitu menakjubkan. Sinar ini menyentuh sejumlah stalagtit dan stalagmit yang terbentuk oleh tetesan air selama ribuan tahun. (YK/L-1)


Gua Jomblang dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor dengan waktu ± 3-4 jam dengan kecepatan standar. Agar lebih mudah, rute kita mulai dari perempatan Jalan Wonosari, Ring Road Selatan. Dari perempatan tersebut kita berjalan lurus menyelusuri Jalan Wonosari yang dihiasi dengan kelokan-kelokan serta tanjakan yang membuat jantung kita berdebar agak kencang. Sesampainya di bundaran Kota Wonosari kita terus saja lurus hingga menjumpai perempatan Semanu.

Dari perempatan tersebut kita belok kanan, mentok pasar, ambil kiri, lalu ikuti jalan sampai bertemu lapangan sepak bola. "Ambil kanan lagi, tapi hati-hati, sebab jalanan agak rusak," kata Markidjo, penduduk setempat. Kira-kira sekitar 500 meter dari lapangan belok kiri. Dari situ ke Gua Jomblang kurang lebih 1,5 km lagi, atau sekitar 5 km dari jalan utama.

Di dekat gua terdapat bangunan yang konon untuk resor dan dibangun dengan dana mencapai enam miliar rupiah. Pemilik bangunan, Pak Cahyo, sengaja membikin tiga jalur untuk masuk ke Gua.

Jalur pertama diberi nama Jalur VIP, jalur ini memiliki dua pit, pit pertama berupa susunan batu-batu yang membentuk anak tangga hingga kedalaman 30 meter, yang kemudian dilanjutkan dengan jalur vertikal dengan kedalaman ± 40 meter. Total kedalaman jalur ini ± 70 meteran.

Jalur kedua diberi nama jalur olah raga. Jalur ini hanya memiliki 1 pit yang berbentuk vertikal sedalam ± 70-80 meter. Jalur ketiga diberi nama jalur ekstrem, yang hanya memiliki 1 pit dan kedalaman mencapai ± 120 meter.
"Sekarang tinggal pengunjung saja, mau pilih yang mana?" ungkap Danang, orang kepercayaan Pak Cahyo yang bertugas mengurus gua tersebut.

Dari pemetaan yang diperoleh, gua tersebut berbentuk lingkaran pada mulut gua dan sedikit oval pada dasar gua dengan diameter ± 60 meter. Dasar gua menyerupai gambaran medan di gunung, yang berbentuk seperti punggungan kecil. Dari dinding gua sebelah timur berupa punggungan naik terjal, yang kemudian diteruskan punggungan turun landai, hingga menyentuh dinding gua sebelah barat. Dan dinding gua sebelah selatan berbentuk punggungan naik landai, yang kemudian punggungan turun terjal yang berakhir di awal lorong sebelah utara. Di dasar gua juga terdapat flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

Di gua tersebut terdapat tiga lorong yang masing-masing berada di sebelah utara, timur laut, dan selatan. Karakteristik lorong sebelah utara dan timur memiliki kesamaan, yaitu lorong berbentuk setengah lingkaran dengan ornamen stalagmit di sekitar atap gua dan dasar gua dipenuhi lumpur dengan ketinggian sekitar 5 cm. Yang membedakan dari kedua lorong tersebut yaitu lorong sebelah timur laut hanya memiliki panjang sekitar 10 meter, sedang lorong sebelah utara sangat panjang yang konon tembus sampai ke Gua Grubug.

Di lorong ini juga tersusun batu-batu yang bertujuan untuk mempermudah perjalanan bagi para pengunjung. Lorong sebelah selatan memiliki sedikit kemiripan dengan lorong lainnya, yaitu kemiripan pada atap yang dihiasi oleh ornamen stalagmit dan memiliki dasar yang berbeda yakni berupa aliran sungai.(YK/L-1)

 

Kawasan Jetis, Wonosari, Gunung Kidul, diberkahi potensi karst alias gunung kapur yang selama ini dijadikan tempat wisata.

Gua Jomblang terletak di Desa Jetis, Gunungkidul. Untuk ke sana, harus menyusuri jalan tanah berkapur sepanjang dua kilometer. Jarak antara bibir gua dan dasarnya beragam. Yang paling jauh berjarak 70 meter.

Hutan di bawah mulut gua menjanjikan keindahan alam luar biasa. Menyusuri bagian dalam gua, ada suguhan ornamen batu kapur yang runcing menjulang dari dinding bawah dan atas gua. Juga lintasan sungai bawah tanah yang berasal dari gua Kali Suci. Ujung lorong Gua Jomblang tembus ke mulut Gua Grubug. Dari mulut gua ini, penyusur bisa menyaksikan fenomena bocoran sinar Matahari. Saking indahnya, masyarakat dan pegiat gua menjulukinya Cahaya Ilahi.

Kepala Dukuh Jetis Wetan, Suparlam, memastikan Gua Jomblang tetap milik warga karena tak bisa dikuasai pemilik resor.

Jaminan serupa juga diberikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Kidul. "Gua Jomblang dan Grubuk tetap bisa dimanfaatkan oleh siapa pun. Sesuai Undang-Undang Tata Ruang, kawasan sekitar gua dan karst boleh dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, asal lestari," kata Kepala Bidang Pengembangan Wisata Dinas Pariwisata Gunung Kidul, Birowo.(YK/L-1)